Dari Mendongeng Menyebarkan Perdamaian dan Kebaikan untuk banyak orang




Anak adalah seorang peniru yang ulung, anak-anak sangat senang menirukan dan menciptakan dunia layaknya orang dewasa. Walaupun mereka tidak pernah tahu, apakah hal tersebut sesuatu yang baik atau buruk, karena anak-anak merasa sangat bahagia jika bisa menjadi seperti orang dewasa. Anak-anak sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh orang dewasa, baik itu tentang keburukan, kebencian, atau perdamaian. 


Anak-anak Berhak Mendapatkan Haknya

Termasuk hak anak untuk mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman. Akan tetapi ada hal diluar kendali manusia, seperti konflik antar masyarakat yang menyebabkan anak tidak bisa mendapatkan haknya untuk tumbuh dan berkembang, sehingga anak rawan kurang gizi sampai stunting. Kondisi mental dan psikologis anak juga pasti terganggu, anak tumbuh dengan kurang percaya diri, dan tidak berani mengungkapkan pendapat. Hak anak untuk berpartisipasi di masyarakat juga hilang karena lumpuhnya sistem sosial yang ada di masyarakat dikarenakan konflik. Hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak juga terganggu, alih-alih untuk mendapatkan pendidikan yang layak, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja mengandalkan bantuan dari pemerintah atau warga lain. 

Konflik yang diciptakan oleh masyarakat bisa saja mereda, tetapi pasti menciptakan dampak psikologis atau mental khususnya terhadap anak-anak yang mana mereka masih dalam masa pertumbuhan dan belum matang secara emosi. Bisa menyebabkan anak-anak cemas, depresi, trauma mendalam, bahkan lebih buruknya bisa menyebabkan perubahan perilaku dan masalah sosial. Kondisi mental dan psikologis anak-anak harus disembuhkan atau diterapi, bukan hanya memberikan bantuan makanan dan pakaian. Anak-anak juga butuh bantuan terapi mental dan terapi psikologis. 

Kak Eklin Sebagai Penyintas Konflik Ambon



Eklin Amtor de Fretes merupakan pemuda yang lahir dan besar di Maluku. Biasa dipanggil dengan sapaan kak Eklin, ternyata kak Eklin juga mengalami secara langsung konflik di Ambon pada tahun 1999. Usia kak Eklin waktu itu masih sangat belia yaitu 7 tahun, karena beberapa hal terkait keamanan lingkungannya. Akhirnya kak Eklin beserta keluarga memutuskan untuk mengungsi ke lingkungan yang lebih aman. Tempat tinggal kak Eklin waktu itu berada di lingkungan yang mayoritas muslim, walaupun kak Eklin dan keluarga pemeluk agama kristen protestan tetapi kak Eklin masih ingat jika sebelum konflik tersebut lingkungannya hidup damai, hingga terbangun persaudaraan antar agama. 

Untuk orang dewasa saja yang menghadapi konflik Ambon pada tahun 1999 masih menyisakan trauma, lalu bagaimana besarnya trauma yang ditinggalkan kepada anak kecil umur 7 tahun?. Konflik Ambon 1999 menelan korban kurang lebih 5.000 jiwa. Konflik diawali karena pungutan biaya antara pemuda muslim dan supir angkutan umum beragama kristen di wilayah terminal batu merah. Jika dilihat cerita awal suatu konflik Ambon ini terjadi, karena permasalahan uang. Ternyata berita semakin menyebar dan ada yang menambahi dengan bumbu isu sentimen agama, sampai terjadi perang antar desa dan perang antar wilayah yang tidak bisa dihindari, saling serang dan saling menumpahkan darah saudaranya hingga menelan korban ribuan jiwa. Konflik terus berlarut ditambahi hiasan isu SARA bahkan politik. Warga kristen yang merasa minoritas di kampungnya harus mengungsi, begitu juga sebaliknya warga muslim yang merasa minoritas di kampungnya juga harus mengungsi. Walaupun konflik tersebut sudah berlalu beberapa dekade, tetapi beberapa orang tua di Ambon masih mewariskan kebencian tersebut terhadap anak turunnya. 

"Saya masih mendengar dan menemui orang tua yang mewariskan cerita Konflik Ambon, anak-anak diberi warisan cerita kebencian antar sesama umat beragama." Ucap kak Eklin dengan nada sedih. 

Kak Eklin sedih jika masih ada yang mewariskan cerita kebencian mengenai konflik Ambon. Memutus warisan kebencian yang diceritakan oleh para orang tua bukanlah hal yang mudah, tetapi pasti ada hal baik jika kita memulai langkah kecil untuk memutus cerita rantai kebencian tersebut. 

Perjalanan Menyebarkan Pesan Perdamaian

Kak Eklin yang memiliki jiwa dan hati yang lapang, kak Eklin mampu bangkit bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan kak Eklin juga melangkah dengan dampak nyata lewat mendongeng untuk anak korban konflik, sekaligus menyebarkan pesan perdamaian. Dilihat dari data di Ambon waktu itu, penganut agama muslim dan agama kristen jumlahnya hampir berimbang, tetapi karena isu yang disebarkan masyarakat itu sendiri, kehidupan di Ambon jadi luluh lantah dari berbagai aspek, khususnya hubungan lintas beragama. Pemisahan antar agama yang dilakukan oleh pemerintah Maluku menjadikan masyarakat Ambon mempunyai sekat antar umat muslim dan kristen. Masyarakat juga melakukan berbagai upaya untuk mengembalikan kondisi, mulai dari Gerakan Perempuan Peduli yang diinisiasi oleh perempuan kristen sekaligus merangkul perempuan muslim untuk duduk bersama merajut kembali silaturahim yang putus. 

Hal ini juga yang dilakukan oleh Kak eklin sebagai anak penyintas konflik Ambon. Kak Eklin mengambil langkah nyata menyebarkan pesan perdamaian sekaligus menghibur anak-anak korban konflik dengan cara mendongeng. Kak Eklin menempuh pendidikan S1 Teologi di Universitas Kristen Indonesia Maluku dan melanjutkan S2 Pendidikan Agama Kristen di Universitas Kristen Indonesia Jakarta Timur. 



Kak Eklin berprofesi sebagai pendeta sekaligus pendongeng. Kak Eklin pernah belajar juga di LVE yaitu Living Value Education di kota Bogor pada tahun 2016. Kurikulum LVE mencakup berbagai aktivitas dengan muatan nilai damai, toleransi, menghargai, kasih sayang, kerjasama, kejujuran, kerendahan hati, tanggung jawab, kesederhanaan, dan persatuan. Dasar ilmu ini yang dibawa kak Eklin untuk menyebarkan pesan perdamaian. 

Kak Eklin mendirikan Youth Interfaith Peace Camp, sebuah camp perdamaian lintas iman di Maluku. Program ini mengajak 90 pemuda dari berbagai latar agama islam, kristen protestan, katolik, hingga komunitas adat Nuaulu untuk berkegiatan bersama dan berdialog tentang toleransi. Camp ini diisi dengan kegiatan games, diskusi, dan kegiatan seni, kak Eklin membangun jembatan antar komunitas serta menumbuhkan rasa saling menghargai. Camp ini menjadi ruang aman bagi anak muda untuk menyuarakan harapan akan kerukunan, kak Eklin menggandeng tokoh agama dan pemerintah dalam menyusun materi agar setiap peserta merasakan dukungan penuh. Adanya banyak pihak yang terlibat memperkuat pesan bahwa perdamaian merupakan tanggung jawab bersama. Youth Interfaith Peace Camp mampu menghasilkan fasilitator baru yang juga menyebarkan semangat toleransi di komunitas mereka.

Tahun 2017 awal mula kak Eklin mulai belajar mendongeng secara otodidak. Kak Eklin menggunakan teknik ventriloquist, yaitu teknik berbicara menggunakan suara perut, perjalanan mendongeng kak Eklin selalu ditemani boneka bernama Dodi. Kak Eklin memulai perjalanan mendongengnya di tahun 2018, kak Eklin memulai sesi pertamanya di pulau seram. Sayangnya Kak Eklin mendapatkan penolakan dari suku Nualu, karena profesi kak Eklin sebagai calon pendeta waktu itu, dikhawatirkan kak Eklin akan melakukan proses kristenisasi. 

"Tidak apa-apa saya tidak patah semangat dengan hanya mendapatkan satu kali penolakan."

Penolakan yang membawa banyak kebermanfaatan



Eklin tetap melanjutkan perjalanan mendongengnya dengan membawa pesan perdamaian, dari satu tempat ke tempat yang lain di beberapa daerah di Maluku. Kak Eklin juga berkhotbah dengan membawa pesan perdamaian, dalam perjalanan mendongengnya kak Eklin sering dibantu oleh komunitas JMP (Jalan Merawat Perdamaian).

Kak Eklin mulai membagikan aktivitas mendongengnya di media sosial. Gayung bersambut niat baik kak Eklin diterima baik oleh banyak kalangan, beberapa diantaranya yaitu polisi dan tentara justru memberikan fasilitas berupa tempat untuk Kak Eklin mendongeng untuk anak-anak. Karena penolakan sekali, justru membawa kak Eklin bisa mendongeng dengan membawa pesan perdamaian di beberapa daerah di Maluku, bahkan sampai keluar Maluku. 

Menggerakkan banyak kebaikan lewat Rumah Dongeng Damai 



Sebuah ide akan terasa kosong jika berakhir dalam fikiran kita. Sebuah kebaikan akan bersambut dengan kebaikan lainnya, jika kita mulai dengan langkah kecil. Berawal dari menyebarkan perdamaian lewat mendongeng, justru mengundang hal baik lainnya salah satunya yaitu kak Eklin membuka Rumah Dongeng Damai. 

Rumah Dongeng Damai tercipta karena selama perjalanan mendongeng dari satu tempat ke tempat yang lain, kak Eklin sering diapresiasi dengan cara diberi dongeng dan buku-buku cerita. Semakin banyak buku-buku dan boneka yang terkumpul, akhirnya kak Eklin beserta keluarga berinisiatif membuka Rumah Dongeng Damai. 

Rumah Dongeng Damai menjadi tempat untuk orang yang mau belajar mendongeng, juga berisi orang yang mau belajar bahasa asing, seperti bahasa Inggris, dan bahasa Jerman. Sehingga mendongeng tidak hanya disampaikan dengan bahasa Indonesia tetapi juga bisa melalui bahasa asing. Rumah Dongeng Damai juga tempat untuk belajar kesenian seperti melukis. 

Harapannya buku-buku dan boneka yang diberikan kepada saya, bisa bermanfaat lebih luas lagi. Rumah Dongeng Damai tidak hanya dikunjugi oleh anak-anak, melainkan orang tua dan guru lintas agama juga banyak yang mendatangi dan menebarkan kebaikan di rumah ini. 


Menulis dongeng dan mendongeng sebagai terapi psikologis



Secara psikologis, mendongeng, berbagi cerita, berbagi kebahagiaan, mengajak anak-anak bermain, dan memberikan hadiah memang bisa menyembuhkan trauma dan luka anak sekaligus menstabilkan emosi anak. Metode ini tidak hanya diterapkan oleh kak Eklin, tetapi sudah sering diterapkan oleh para relawan dalam menghibur anak-anak baik itu korban konflik maupun korban bencana alam. Kak Eklin terbiasa untuk menuliskan dongengnya terlebih dahulu sebelum memulai kegiatannya menebarkan pesan perdamaian. Hal ini juga yang diajarkan kepada orang-orang yang belajar mendongeng kepada kak Eklin. 

"Masing-masing orang saya kasih beberapa topik untuk mendongeng, setelah itu mereka mengambil dua topik untuk ditulis dikembangkan jadi sebuah cerita."

Kak Eklin berusaha totalitas dalam kebaikan, kak Eklin juga membuat kelas membuat boneka, walaupun banyak diluar sana yang menjual boneka peraga untuk mendongeng, tetapi bisa membuat boneka peraga sendiri. Menjadi nilai lebih dalam hal kreativitas dan lebih hemat secara ekonomi. Memperagakan boneka walaupun terlihat sederhana, tetapi ada teknik tertentu yang harus kita pelajari, perlu kebiasaan dan latihan sampai akhirnya tangan kita bisa luwes memperagakan boneka selaras dengan dongeng yang kita sampaikan. 

Menerbangkan sayap dalam kebaikan



Jika ada manusia-manusia lain seperti kak Eklin di muka bumi ini mungkin bukan hanya perdamaian saja yang tercipta, bahkan masing-masing dari manusia tidak sempat berprasangka buruk terhadap orang lain. Kak Eklin mendedikasikan tenaga dan waktunya bersama teman-teman relawan, untuk berbagi dengan anak jalanan, baik itu berupa dongeng, mainan, buku, dan pembelajaran bahasa asing sederhana ke anak-anak kurang beruntung. 

Kak Eklin juga berhasil meraih mimpinya yaitu menulis buku dongeng yang berjudul, Dongeng Dalam Pendidikan Perdamaian baru saja di launching bulan November tahun 2025 yang berisi tentang sembilan tahun perjalanan mendongeng kak Eklin, sekaligus di dalamnya juga terdapat teknik-teknik mendongeng. Harapannya buku ini bisa bermanfaat untuk anak-anak, untuk pelayan anak-anak, untuk para guru, dan untuk masyarakat luas. Buku Kak Eklin sudah bisa didapatkan di toko online maupun toko offline. 

Kak Eklin juga dipercaya menjadi juri lomba bercerita di sekolah-sekolah baik tingkat Kabupaten sampai tingkat Provinsi. Selain itu, Dongeng dalam pendidikan perdamaian juga sudah masuk kurikulum berbasis masyarakat majemuk dan sudah dikembangkan di beberapa SD di kota Ambon.

Tantangan Menghasilkan Apresiasi



Dalam perjalanan kak Eklin mendongeng selama kurang lebih 9 tahun, tentu jalannya tidak selalu lancar, ada beberapa hambatan yang tekadang kerap menghampiri kak Eklin. Selain pernah ditolak untuk mendongeng, Kak Eklin juga pernah mengalami hambatan berupa dana ketika mendirikan Youth Interfaith Peace Camp, pada waktu itu Kak Eklin sampai berjualan cokelat, untuk membiayai pendanaan Youth Interfaith Peace Camp dibantu dengan komunitas Jalan Merawat Perdamaian. Sayangnya Youth Interfaith Peace Camp tidak bisa berlanjut sampai saat ini, karena waktu itu juga terkendala covid 19.

Orang baik pasti bertemu dengan hal-hal baik, kebaikan kak Eklin merawat Perdamaian diapresiasi oleh pihak Astra, hingga mendapatkan Satu Indonesia Awards kategori bidang pendidikan tahun 2020. Apresiasi ini mendatangkan hal-hal baik lainnya, semakin banyak orang yang ingin belajar mendongeng tentu semakin banyak perdamaian yang disebarkan di muka bumi ini. 

Melihat senyum anak-anak merupakan apresiasi tertinggi bagi kak Eklin, seolah anak-anak mampu menangkap pesan dongeng yang disampaikan oleh Kak Eklin. Besar harapan Kak Eklin dan harapan kita semua, dibalik kebahagiaan anak-anak ketika mendengarkan dongeng perdamaian mereka juga bisa menerapkan secara langsung dalam kehidupan bagaimana sebuah perdamaian bisa terwujud, karena hidup ini terlalu singkat untuk membenci satu sama lain. Tidak ada lagi rantai warisan kebencian dari para orang tua yang mengalami konflik, yang tersisa hanyalah hikmahnya hanyalah mutiaranya, bahwa kita bisa hidup berdampingan menghargai antara satu sama lain dalam masyarakat majemuk. 

Referensi :

https://www.unicef.org/indonesia/id/setiap-anak-berhak

https://www.kompasiana.com/ahmadnanangnurf/629b4074d263450caa48c694/konflik-ambon-1999-manusia-yang-beragama-dan-dialog-antar-umat-beragama

https://www.idntimes.com/life/inspiration/eklin-perdamaian-lewat-dongeng-c1c2-01-vthpp-5vhynf

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2025/10/24/eklin-amtor-de-fretes-dongeng-damai-youth-interfaith-peace-camp-maluku

https://renovrainbow.com/eklin-amtor-de-fretes-pendongeng-damai

Instagram Eklin Amtor De Fretes

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jakarta Garden City Integrated Eco Township and The Largest Business District

Ekonomi Brilian dan Sepak Bola Cemerlang Indonesia

Mengirim uang saku anak, lebih hemat pakai transfez