Menabung Haji untuk Rumah Tangga Muda

 


Pernah tidak merasakan ragu-ragu dan gak yakin mau ngelakuin hal besar. Mau beli rumah, mau umroh atau mau haji, merasa gak bisa, merasa gak cukup uangnya ditambah dengan pasangan muda yang masih pindah kontrakan untuk makan saja terkadang masih pontang panting. Belum lagi biaya popok, susu anak dan bagaimana biaya pendidikan anak nantinya.

  Mengatur keuangan untuk rumah tangga muda memang sangat challenging walaupun sudah mencari ilmu untuk mengelola keuangan. Mulai dari menyisihkan uang untuk makan, bpjs, sedekah, keperluan sehari-hari, biaya pendidikan, nabung untuk beli rumah, rasa-rasanya sudah tidak ada slot untuk menyisihkan uang untuk membuka tabungan haji.

Pasangan muda yang mencoba membuka tabungan haji, memang terlihat seperti mimpi yang terlalu tinggi. Tetapi walau bagaimanapun juga, haji adalah ibadah. Iya memang, biayanya sangat mahal dan antrinya sangat lama. Sempat bimbang untuk memilih, gimana kalau bisa nabung haji, padahal rumah masih ngontrak, gimana kalau mau nabung haji padahal tabungan pensiun aja gak punya. 

Ditambah dengan ditahun kedua pernikahan. Saya memutuskan untuk ikut suami tinggal di Surabaya dan kita masih kos, sempat takut karena gaji suami masih di bawah UMR. Tetapi suami selalu meyakinkan, insyaallah cukup, rezeki selalu ada, dan insyaallah kita gak kekurangan makan. Alhamdulillah allah mencukupi untuk makan dan kebutuhan sehari-hari, sampai akhirnya saya berbincang dengan suami, bahwa sejauh ini kita tidak bisa menabung.

Walaupun uang belanja dan kebutuhan lainnya sudah di set berapa juta setiap bulan, tetapi masih tidak ada pos untuk menabung dan dana darurat. Sampai akhirnya, saya dan suami berniat untuk tidak jajan, supaya bisa menabung. Ternyata Allah berkehendak lain, di bulan itu saya telat haid setelah testpack hasilnya negatif, beberapa hari kemudian masih belum menstruasi, akhirnya saya testpack lagi dan hasilnya positif. Saya sempat menangis, karena secara finansial dan fisik saya belum siap, suami saya hanya diam dan mencoba memenangkan saya, bahwa ini semua sudah kehendak-Nya dan insyaallah kita bisa melewati ini semua, bisa membesarkan anak-anak. 



Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk mencari kontrakan yang dekat dengan tempat kerja, karena harganya lebih terjangkau. Kasihan jika ada 2 anak yang harus dibesarkan di kos-kossan yang cukup sempit dan airnya sulit. Tidak sampai disitu, ternyata di kontrakan baru. Kita juga mengalami beberapa roller coaster kehidupan yang belum pernah kita bayangkan sebelumnya. Mulai dari sanyo rusak, sampai pak suami harus menggotong air beberapa drum untuk masak dan mandi, tapi Alhamdulillah Allah memberikan pertolongan lewat tetangga yang baik menawarkan kita air lewat selang, sehingga tidak perlu mengangkat air lagi.

Satu bulan setelah itu, hujan turun cukup sering. Ada beberapa tetangga yang sudah memberitahu, jika musim hujan tiba dan sungainya meluap, maka jalan akan banjir dan jika bentuk rumahnya pendek, air akan masuk ke dalam rumah. Setiap hujan lebat, saya selalu was-was dan melihat keluar, bagaimana jika air tiba-tiba masuk ke ruang tamu, dan saya tidak tahu. Hingga suatu malam suami terbangun, karena ada genangan air di ruang tamu dan dapur, ternyata air tidak masuk lewat teras tetapi meresap dari lantai, karena kondisi rumah yang kurang tinggi.

Kebanjiran merupakan hal yang belum pernah ada dalam bayangan saya dan suami, kebetulan kita berdua berasal dari wilayah yang cukup tinggi, walaupun hujan deras, jarang dan bahkan tidak pernah ada genangan air di depan rumah. Beda dengan tempat kontrakan kita saat ini, yang tidak pernah kita bayangkan saat survey kontrakan kalau sering banjir di bulan November dan Februari. Untuk warga yang sudah lama tinggal di wilayah ini, rumahnya sudah tinggi-tinggi, dan bebas banjir. Beda dengan pendatang baru seperti kita yang subuh-subuh harus mengeluarkan air tetapi setelah itu, air yang masuk lebih banyak. Sempat menangis, karena air yang masuk justru semakin tinggi anak yang masih usia 18 bulan, harus jatuh berkali-kali saat saya tinggal ke kamar mandi. Mau tidak mau, saya harus menitipkan anak saya ke tetangga saat saya sedang sholat. Suami waktu itu, membuat kamar darurat yaitu di dekat kamar mandi, satu-satunya tempat yang tidak terkena banjir, untuk tidur semalam di hari itu, beruntung besok pagi air sudah mulai surut dan suami mulai membersihkan rumah.



Masih cerita tragedi banjir kali ini di bulan Februari. Waktu saya membeli sayur ke pasar, yang mana biasanya saya membeli sayur di warung terdekat, karena ingin membelikan buah untuk anak saya, saya pergi ke pasar yang cukup dekat. Ternyata sekitar 500 meter sebelum pasar, jalannya tergenang air yang cukup dalam, saya mencoba menembus jalan tersebut, karena ada beberapa pengendara lainnya juga. Alhamdulillah sampai dengan selamat sampai pasar. Berbanding terbalik saat perjalanan pulang, saya mengendarai dengan sangat pelan, karena ada ibu-ibu sudah berusia cukup tua mengayuh sepeda ontelnya dengan membawa dagangan, karena saya merasa ibu tersebut terlalu lama, saya mencoba mendahului ibu tersebut, ternyata waktu bersebelahan dengan ibu tersebut, ibu tersebut jatuh dan menyenggol saya, akhirnya motor saya oleng dan saya jatuh dengan kondisi hamil 7 bulan.

Kejadian tersebut, membuat saya dan suami harus merogoh tabungan cukup banyak, untuk berobat, maklum saat itu, saya belum memiliki BPJS. Belum cukup sampai disitu, setelah sembuh saya berniat jualan baju untuk membantu perekonomian keluarga, lagi-lagi Allah berkehendak lain, saya terkena tipu untuk memulai membeli baju, hingga uang susu dan popok, masuk ke perangkap penipu tersebut. 

Saya memutuskan untuk tidak berjualan terlebih dahulu. Selang 2 minggu, suami saya sakit mag yang cukup parah, lagi-lagi kita harus merogoh rekening yang cukup banyak untuk biaya pengobatan. Sampai suatau malam saya berdoa pada Allah "ya allah, saya yakin setelah banyaknya cobaan ini, aku yakin ada hikmah beserta kemudahan di dalamnya." Lambat laun, perekonomian mulai membaik dan kita memutuskan untuk membuat bpjs karena kondisi saya akan melahirkan.



Sempat terpikir kalau rasanya seperti tidak mungkin,  apakah orang dengan ekonomi pas-passan seperti aku termasuk pantas untuk berangkat haji? Tapi aku ingat-ingat lagi dan aku catat disini, beberapa manfaat membuka tabungan haji untuk rumah tangga muda seperti saya.

Menambah value

Aku ingat lagi, siapa yang menciptakan aku dan untuk apa aku diciptakan. Masing-masing dari diri kita punya nilai dan aku yang paling tau tentang diriku sendiri. Aku memutuskan untuk menambah nilai diriku dengan membuka tabungan haji, lewat kotak bekas makanan anakku. Setiap hari aku sisihkan uang dua ribu rupiah, untuk tabungan haji aku dan suamiku.

Haji bukan tentang orang yang kaya

Kaya dan mampu, merupakan dua hal yang berbeda. Berapa banyak cerita yang sudah kita baca atau kita dengar. Ada bapak-bapak pekerja sol sepatu, bisa berangkat haji, ada ibu-ibu penjual jamu, bisa berangkat haji. Ada orang kaya raya, bahkan rumahnya terletak di Mekah tetapi belum pernah melaksanakan ibadah haji. Haji bukan tentang orang yang kaya, tetapi orang yang memang dipanggil Allah. Semoga kali ini, cerita tentang pasangan suami istri muda dengan hidup kecukupan seperti saya telah dipanggil menuju baitullah.

Membagi rezeki Allah dalam 3 dimensi

Bagaimanapun, rezeki yang Allah berikan untuk kita selama kita hidup di dunia, semua dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Kita juga harus mengatur rezeki kita untuk hari ini, besok dan untuk akhirat. Menyisihkan rezeki untuk menabung haji, merupakan investasi akhirat kita kelak. Haji juga merupakan rukun islam yang kelima. Jika kita bisa mengatur uang untuk 3 dimensi ini, hidup kita jauh lebih tenang, kita tidak sengaja menumpuk harta, tapi rezeki yang Allah berikan kepada kita, sudah kita kelola sebaik mungkin, untuk pertanggung jawaban di akhirat kelak.

Menabung untuk haji merupakan keberkahan

"Boleh jadi, keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu."

"Boleh jadi, tertundanya keinginanmu adalah suatu keberkahan."

Untuk beberapa anak muda yang bisa berangkat ke baitullah karena ada tabungan dari orangtuanya merupakan suatu rezeki. Tetapi untuk pasangan muda seperti saya, yang harus menabung bertahun-tahun terlebih dahulu untuk bisa berangkat haji, juga merupakan rezeki. Boleh jadi, tertundanya keinginan saya untuk berangkat ke baitullah merupakan suatu keberkahan. Manusia mana, yang tau jalan cerita yang dibuat oleh-Nya, ikhtiar untuk berdoa dan menabung haji tetap dilakukan secara rutin. Semoga dengan cara ini, ada banyak keberkahan yang mendampingi.



Ikhtiar mengatur keuangan dan membuka tabungan haji IB- Bank Mega Syariah

Setelah setiap hari menyisihkan uang dua ribu rupiah di kotak makan untuk berangkat haji, maka sudah saatnya saya mendaftar haji untuk saya dan suami, di bank mega syariah, sebesar 200.000.

Alhamdulillah jalan mudah ke baitullah lewat bank mega syariah, hanya mulai dari 100.000.

Kenapa harus punya tabungan haji di bank mega syariah?

Menggunakan akad syariah

Perencanaan ibadah haji dan umrah lebih berkah dengan akad Mudharabah mutlaqah yaitu, bukti kerjasama sah yang akan mengatur terkait bagi hasil atau nisbah, yang akan diterima oleh pemilik modal nantinya.

Gratis biaya administrasi setiap bulan

Tidak membebankan biaya administrasi setiap bulan

Untuk semua usia

Tersedia bagi nasabah perorangan untuk semua usia (dewasa dan anak)

Terintegrasi online SISKOHAT

Porsi keberangkatan haji diatur melalui sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu, sesuai ketentuan kementerian agama

Bukti kepemilikan buku tabungan tanpa ATM

Gratis biaya penutupan rekening, jika dilakukan minimal 6 bulan setelah keberangkatan haji

Dana tidak dapat ditarik, kecuali untuk setoran awal porsi haji dan setoran pelunasan biaya penyelenggaraan ibadah haji

Dapat melakukan pengembalian dana pembatalan porsi haji sesuai dengan ketentuan Kementerian Agama Republik Indonesia 

Syarat dan ketentuan

KTP dan NPWP

Kartu keluarga, KTP orangtua, akta kelahiran nasabah anak untuk pembukaan tabungan haji anak

Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening secara lengkap dan benar

 



Penutup

Jangan lupa libatkan Allah dalam setiap keputusan kita, jangan lupa bahwa ada campur tangan Allah dalam setiap keputusan yang kita ambil. Jangan salah ya, mengatur keuangan juga termasuk ibadah kalau niat dan tujuannya untuk ibadah. Semoga Allah meridhoi, memudahkan niat baik kita semua. Semoga ikhtiar doa dan tabungan haji, suatu saat bisa membawa kita memegang ka'bah secara langsung. Amin

Sumber :

Canva

Instagram Deramelia

Website Bank Mega Syariah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun kebahagiaan keluarga dengan petualangan oreo wafer

Education is first step, for creating sustainable technology

Bisnis barang bekas jadi satset pakai kiriminaja