observasi pasar

ROSYIDA MARFUAH 120741421188 PENDIDIKAN IPS/A Saya mengobservasi jual-beli yang terjadi pada tukang mlijo dan pembelinya. Tukang mlijo yang saya observasi ini bukan tukang mlijo keliling, yang membawa dagangan sayurannya dengan sepeda motor. Tetapi tukang mlijo yang saya observasi ini beliau tidak berkeliling, beliau membeli sayur-sayuran di pasar saat dini hari dalam jumlah yang banyak, lalu beliau jual kembali dari pukul setengah lima hingga dagangannya habis, tempat berjualan tukang mlijo ini di depan rumahnya sendiri. • Dilihat dari segi ekonomi, tidak terjadi tawar-menawar di dalam mlijo ini karena dari harga maupun barang yang dijual di pasar ini sudah harga pas, tidak bisa ditawar lagi, tetapi terkadang ada orang yang menawar itupun sangat jarang. Karena tukang mlijonya sendiri mengambil untung, jadi harganya sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan di pasar. Tetapi bagi ibu-ibu di sekitar rumah saya, tidak masalah dengan harga di tukang mlijo yang sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan di pasar. Daripada ibu-ibu tersebut harus pergi ke pasar juga membutuhkan waktu, uang dan tenaga yang lebih bila dibandingkan dengan membeli di mlijo. Ada saat-saat tertentu ibu-ibu ini berbelanja di pasar, yaitu saat mereka ada acara dan membutuhkan bahan memasak yang cukup banyak, mereka lebih memilih ke pasar. Karena kalau di pasar bisa memilih mana yang harganya relatif murah dan lebih nyaman untuk tawar menawar. • Dilihat dari segi geografi, lokasi tukang mlijo ini sangat trategis berada di kampung, yang memang kebanyakan ibu-ibunya dalam kesehariannya lebih senang untuk berbelanja di mlijo daripada di pasar, walaupun mlijo di kampung saya tidak hanya satu, tetapi dengan banyaknya mlijo tersebut tidak menyebabkan kecemburuan sosial antar tukang mlijo sendiri. Malahan membuat ibu-ibu di kampung saya lebih mudah untuk berbelanja saat pagi hari. • Dilihat dari segi sosiologi, dengan adanya tukang mlijo ini maka menumbuhkan hubungan sosial yang lumayan erat. Karena saat ibu-ibu ini berbelanja di tukang mlijo, mereka tidak hanya berbelanja melainkan juga berbicara tentang anak-anaknya, suaminya dan hal lain yang topiknya lagi hangat, seperti ada pencurian di kampung sebelah dan lain sebagainya. Memang ini arahnya seperti menggosip, tapi tidak semua hal yang dibicarakan oleh ibu ini omong kosong, ada kalanya mereka membicarakan hal yang bermanfaat. Daripada mereka tidak saling kenal, tidak pernah bertemu apalagi sampai berbincang-bincang. Itu malah menyebabkan ketidak rukunan ketidak kompakan antar tetangga. • Dilihat dari segi anthropologi, memang kebanyakan masyarakat Indonesia khususnya ibu-ibu memang sering berbelanja sayuran ke pasar atau tukang mlijo, dan juga budaya tawar-menawar yang sudah sangat melekat pada diri warga Indonesia, bukan hanya kalangan menengah ke bawah saja yang suka tawar-menawar bahkan kalangan menengah ke atas juga suka tawar-menawar. Tawar-menawar ini selain dari budaya juga termasuk faktor ekonomi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun kebahagiaan keluarga dengan petualangan oreo wafer

Education is first step, for creating sustainable technology

Bisnis barang bekas jadi satset pakai kiriminaja