Sumber Kebahagiaan

Bagaimana rasanya menjadi sumber kebahagiaan orang lain?. Mungkin pertanyaan ini akan langsung mengena jika ditanyakan pada remaja yang sedang jatuh-jatuh cintanya. Ada banyak hal, yang bisa menjadi sumber kebahagiaan orang lain, mulai dari barang, film favorit, makan sekenyangnya ataupun tidur. Tapi manusia untuk menjaga kewarasan dan kesehatan mentalnya, butuh media untuk menyalurkan perasaannya. Mayoritas masyarakat, menggunakan media sosial untuk menyalurkan semua keluh kesahnya. Apakah ini sesuatu hal yang bagus?. Kalau dari sudut pandang saya, hal ini merupakan hal yang berbahaya. Karena akan semakin menambah beban pikiran orang tersebut. Setelah dia memposting hal tersebut, dia akan sering membuka statusnya dan memastikan siapa saja yang sudah melihat statusnya, setelah itu dia akan menunggu sembari berhalusinasi, siapa yang peduli kepadanya. Bisa dibilang, seseoang yang memposting masalah, perdebatan rumah tangga, keluhan, di media sosial. Dia adalah tipe orang yang kurang perhatian, menurut saya. Sudut pandang yang kedua, dia tidak mempunyai seseorang yang nyaman untuk berbagi keluh kesah. Jika diharuskan untuk memilih, kamu mau menjadi pendengar yang baik atau menemukan pendengar yang baik. Kebanyakan dari kita, setelah tertimpa sesuatu yang tidak kita sukai, pasti memilih satu orang yang tepat (untuk menangis, untuk bercerita). Hal seperti ini sangat manusiawi, dan memang manusia butuh orang seperti ini. Padahal, sejujurnya untuk merawat rasa bersyukur kita, kebahagiaan kita, kesehatan mental kita sekalipun. Kita harus menjadi pendengar yang baik. Dari kita dengan menjadi pendengar yang baik, kita bisa berempati kepada orang lain, mengambil pelajaran dari kisah orang lain, bersyukur atas kisah orang lain. Sehingga pandangan kita lebih luas, bahwa di dunia ini banyak manusia yang ujiannya lebih berat dari kita, bahwa di dunia ini kita lebih beruntung daripada orang lain. Pertanyaan selanjutnya, apakah hal yang mudah untuk menjadi pendengar yang baik? Sangat-sangat-sangat sulit, kenapa? Karena manusia lebih mau menonjolkan egonya, sudut pandangnya, merasa dirinya lebih menderita daripada orang lain. . Sampai berkata seperti ini kepada orang lain, “coba kamu ada di posisiku”. Padahal, kita belum tentu bisa berada di posisi orang lain, kita belum tentu mampu, berada di posisi orang lain. Mulai sekarang, belajarlah untuk menjadi pendengar yang baik, mencoba berhenti untuk mencari pendengar yang baik. Jadilah pendengar yang baik untuk orang-orang yang kalian sayang. Jadilah sumber kebahagiaan orang-orang yang kalian sayang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun kebahagiaan keluarga dengan petualangan oreo wafer

Education is first step, for creating sustainable technology

Bisnis barang bekas jadi satset pakai kiriminaja