Bisnis Sosial Sampah Makanan Berbasis Digital

            Indonesia menghasilkan sampah makanan hingga 13 juta ton per tahun. Menurut kepala perwakilan Badan Pangan PBB (FAO), sampah makanan di Indonesia mencapai 13 juta ton setiap tahun. Sampah ini paling banyak berasal dari retail, catering, dan restoran akibat penyediaan makanan yang berlebihan. 
             Jumlah sampah makanan dalam satu tahun setara dengan makanan yang bisa dikonsumsi 28 juta orang. Jika dikelola dengan baik, 13 juta ton sampah makanan bisa setara dengan makanan yang bisa dinikmati oleh lebih dari 28 juta orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah ini hampir sama dengan populasi penduduk miskin di Indonesia. 
             Masih mengutip dari Foodsustainability.eiu.com, Indonesia menduduki posisi nomor dua dalam menghasilkan sampah makanan terbanyak di dunia setelah Saudi Arabia. Sekarang kita mengambil salah satu contoh restoran bebas sampah makanan. Saya mengambil salah satu contoh restoran yang terletak di negara Finlandia, tepatnya di kota Helsinki. Restoran tersebut bernama nolla. Para koki di restoran tersebut, selalu menemukan cara baru untuk menghindari terbentuknya sampah. Restoran tersebut, tidak membuang produk organik apapun, setidaknya 95% persen makanan harus dimakan konsumen atau dijadikan kompos. 
             Restoran, wedding organizer, dan catering merupakan beberapa unit bisnis penghasil sampah makanan. Solusi atas permasalahan tersebut yaitu, dengan membuka bisnis sosial online berbasis digital, di zaman 4.0 banyak kemudahan yang bisa kita dapatkan dengan hanya membuka handphone.

            Sebagai manusia yang tumbuh mengikuti zaman, harus bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi saat ini, membuka bisnis sosial, bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan, karena bisa bermanfaat untuk orang banyak. Di awal, bisnis ini memang terlihat tidak mendapatkan keuntungan.                 
            Tetapi pendiri dan pengembang bisnis, bisa menggunakan investor untuk mendanai bisnisnya. Bisnis sosial ini, diawali dengan membuat aplikasi yang menghubungkan orang-orang yang mempunyai makanan lebih untuk disalurkan kepada anak yatim, fakir miskin, dan anak jalanan. 
             Bisnis sosial ini, bisa diawali bekerja sama dengan wedding organizer dan catering. Karena dalam acara pernikahan, ada beberapa makanan yang tidak dimakan oleh tamu. Padahal makanan tersebut masih bisa dimakan. Pemilik bisnis ini, bisa membedakan mana makanan yang masih layak untuk dimakan, dan mana makanan yang harusnya diolah menjadi pupuk kompos atau pakan ternak. 
             Pemilik bisnis juga bekerjasama dengan pemilik food court yang ada di mall. Masyarakat yang makan di mall, banyak meninggalkan sisa makanan pada piringnya. Padahal diluar sana, masih banyak orang yang tidak beruntung dalam hal mendapatkan sesuap nasi.
        Data sampah tersebut, Untuk sampah makanan dari food court mall Ratu Indah Makkasar. Sampah tersebut, bisa diolah menjadi pupuk kompos, untuk sampah makanan yang berupa sayur. Sedangkan untuk nasi bisa dikeringkan dan dijual kembali, menjadi pakan ternak. Pemilik bisnis sosial ini, bisa merekrut anak jalanan untuk mengembangkan pupuk kompos dari sampah makanan, dan menjual pakan ternak dari nasi yang dikeringkan. Tentunya, pupuk kompos bisa dijual atau digunakan untuk merawat tanaman yang bisa dijual dengan harga lebih tinggi. 
         Lalu bagaimana dengan sosialisasi bisnis ini ke dalam rumah tangga, karena sektor rumah tangga juga menjadi salah satu penyumbang sampah makanan. Pemilik bisnis, bekerjasama dengan pegawai desa atau kelurahan setempat. Untuk mensosialisasikan bisnis sosial ini,kepada masyarakat lingkungan rumah tangga. Dikhususkan untuk ayah dan ibu yang menyediakan makanan dan mengolah makanan sehari hari dalam rumah tangga. Pemilik bisnis, mengadakan pelatihan sekaligus mengajarkan untuk memisahkan sampah organik dan anorganik. 
         Jika sampah organik sudah mencapai batas maksimum yang ditentukan untuk diambil. Maka ayah dan ibu bisa menghubungi pemilik bisnis, melalui aplikasi bisnis sosial yang sudah diunduh, dan petugas akan menjemput sampah makanan tersebut. 
         Untuk selanjutnya pemilik bisnis sosial bisa bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat, menyelenggarakan pelatihan untuk sekolah dan kampus. Mengedukasi kepada anak muda tentang memanfaatkan sampah makanan. Mengedukasi kepada mereka, untuk tidak terbiasa menyisakan makanan saat sedang makan di mall, di kantin dan juga di kafe. Sekaligus memperluas informasi tentang bisnis sosial ini ke masyarakat yang lebih luas, supaya masyarakat tau, bagaimana pola hidup bebas sampah makanan, bagaimana mengolah sampah makanan dan kepada siapa, sampah makanan bisa disalurkan. 
         Pemilik bisnis sosial ini, tidak hanya mengadakan seminar dan pelatihan ke perguruan tinggi atau anak SMA saja, tetapi bisa juga ke taman kanak-kanak dan PAUD, mengedukasi anak sedini mungkin. Untuk bertanggung jawab terhadap makanan yang diambil, terhadap makanan yang dibeli, dan melatih ego mereka supaya tidak membeli makanan hanya untuk terlihat kaya ataupun mampu. 
         Untuk selanjutnya, pemilik bisnis sosial ini, bisa menambahkan fitur tips hidup minimalis dengan berbelanja makanan sesuai kebutuhan, di dalam fitur tersebut terdapat beberapa menu masakan rumah tangga beserta jumlah sayur yang dibeli, dan bisa digunakan untuk berapa porsi. Sehingga kebutuhan makanan rumah tangga dalam satu hari tersebut, bisa terpenuhi dan bisa bebas sampah makanan. 
         Bisnis sosial ini, tidak serta merta bisa langsung menghasilkan uang. Karena pemilik bisnis sosial mengedepankan kepuasan batin karena tujuan utama kita, bisa membantu sesama dan juga menyelamatkan lingkungan. Lalu, apakah bisnis ini akan selanjutnya tidak menghasilkan uang?. Pelan tapi pasti, bisnis ini bisa menghasilkan uang dari masyarakat yang mengunduh aplikasi ini, lalu dari hasil menjual pakan ternak, dan dari hasil menjual pupuk kompos. Ayo kita bersama-sama menjaga lingkungan, membiasakan hidup dengan bebas sampah makanan, dan bertanggung jawab dengan makanan yang kita ambil. 

Sumber : 
  1.  Fakta sampah makanan setara dengan 27 triliun rupiah website https://www.dbs.com/spark/index/id_id/site/articles/livemorekind/2020-fakta-sampah-makanan-setara-dengan-27-triliun-rupiah.html
  2. Pengelolaan sampah di mall Ratu Indah Makkasar website https://core.ac.uk/download/pdf/77622834.pdf

  3.  Nolla restoran tanpa sampah makanan di Finlandia website https://news.detik.com/dw/d-5527730/nolla-restoran-tanpa-sampah-sisa-makanan-di-finlandia

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis blog Gaya Hidup Minim Sampah Makanan yang diselenggarakan oleh Bandung Food Smart City

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun kebahagiaan keluarga dengan petualangan oreo wafer

Education is first step, for creating sustainable technology

Bisnis barang bekas jadi satset pakai kiriminaja