Sebagai seorang ibu, siapa yang harus dicintai terlebih dahulu
Masa transisi dalam setiap kehidupan seseorang memang tidak pernah mudah. Mulai dari kita lahir, menyusui, belajar makan, merangkak, berjalan, berbicara, hingga masuk sekolah, semua masa transisi tersebut, selalu ada orang lain yang membantu kita. Sayangnya sebagian besar memori manusia, tidak mengingat masa transisinya dari waktu kecil. Walaupun bayi dan balita tidak mengingat masa transisinya dahulu, bukan berarti orang-orang dewasa disekitarnya bisa bebas memperlakukan bayi dan balita. Sejatinya memori bayi di usia emas 0-5 tahun, mengalami perkembangan yang pesat.
Beberapa kasus balita yang diberi makan, diberi tontonan yang tidak sesuai umurnya akan mengalami beberapa gangguan, mulai dari kekurangan gizi, tinggi badan tidak sesuai, hingga keterlambatan berbicara. Masa bayi lebih cenderung memenuhi kebutuhan fisik bayi. Bagaimana supaya asi terserap maksimal, bagaimana supaya bayi ini tidak mudah sakit, sehingga tidak berpengaruh pada kenaikan berat badan.
Saat si bayi sudah berusia satu tahun atau yang biasa disebut dengan toddler, kebutuhannya tidak hanya berupa kebutuhan fisik melainkan ada kebutuhan mental yang juga berpengaruh terhadap perkembangannya. Tidak boleh beranggapan
"Umur segitu gakpapa dibentak-bentak, gak bakalan inget otaknya"
"Masih kecil, mana mungkin bisa inget"
Pengalaman saya mempunyai anak usia toddler. Tiba-tiba bisa ikut menangis karena melihat ibunya menangis. Tiba-tiba bisa menangis ketika ayahnya tiba-tiba melarang mengambil barang yang berbahaya, tanpa diberi penjelasan terlebih dahulu, dan anak toddler saya ini, bisa menghibur anak lain yang sedang menangis dengan cara memeluknya, jujur hal ini tidak pernah saya ajarkan, kemungkinan terbesar anak saya ini meniru tingkah ayahnya yang senang memeluk ibunya, selain itu anak saya selalu didekap dipeluk dan digendong ketika sedih.
Usia toddler sebenarnya adalah usia rawan, karena diusia ini orangtua sudah tidak begadang untuk memenuhi kebutuhan asi si anak, dan juga si anak makannya mulai lancar dan lahap karena sudah melewati 6 bulan fase mpasi. Secara kebutuhan fisik anak hampir semuanya sudah terpenuhi, di usia inilah sang anak mulai belajar berbicara, mulai bisa menolak dan belajar mengelola emosi. Usia toddler ada istilah yang disebut dengan tantrum. Tantrum yaitu ledakan emosi yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, berteriak, menjerit-jerit, mengomel hingga melukai diri anak sendiri. Bagi para orangtua yang mengira masa bayi baru lahir, adalah masa sulit karena harus begadang dan si bayi belum bisa melakukan apapun kecuali menangis, ternyata masa toddler anak kita jauh lebih menguras emosi karena kita berhadapan dengan emosi anak yang lahir dari rahim kita sendiri.
Saya sebagai ibu baru dari satu anak merasa sangat sedih, bahagia, kaget, trauma, hampir semua rasa ada, saat pertama kali menjadi ibu baru. Masa transisi menjadi ibu baru, hal-hal yang tidak sesuai ekspektasi saya, diluar kendali saya, semuanya terjadi secara beriringan, dan yang lebih menyedihkan lagi, hal ini berkaitan dengan masa depan orang lain, siapa lagi jika bukan anak saya sendiri, untuk ibu yang selalu mendengarkan ucapan orang lain, tanpa menyaring baik buruknya terlebih dahulu, akan sangat goyah ketika dihadapkan dengan berbagai masukan, ancaman, saran, penghakiman yang terkadang hal tersebut hanyalah mitos belaka. Akan sangat rumit dalam pikiran dan batin seorang ibu, jika ibu tidak mempunyai sikap, pikiran dan hati yang acuh tak acuh. Saya tidak heran dan tidak mau menghakimi, jika ada seorang ibu yang melilit leher anaknya dengan gendongan, melemparnya ke sumur, ataupun menggorok leher anaknya sendiri.
Transisi menjadi ibu baru sangat berbeda dengan masa transisi kehidupan lainnya. Mental benar-benar diuji, siapa yang menjadi korban, jika mental seorang ibu sudah jatuh, sejatuh-jatuhnya. Tidak lain dan tidak bukan ibu itu sendiri dan anak-anaknya. Seperti yang saya tulis di atas ada begitu banyak tahapan yang harus dilalui anak saat baru lahir, itu semua butuh support dari kedua orangtuanya, termasuk ibunya. Bagaimana seorang ibu bisa membesarkan anak yang prosesnya sangat tidak mudah, tidak ada pada materi sekolah belum lagi mentalnya dilemahkan oleh orang-orang sekitar.
Disini saya mau menulis 6 tips supaya ibu baru atau yang sudah lama menjadi ibu, bisa lebih mencintai dirinya sendiri. Kenapa orang pertama yang dicintai oleh ibu, harus dirinya sendiri?, karena perasaan ibu adalah barometer keselamatan fisik dan mental ibu itu sendiri maupun anak-anak, bahkan kesehatan mental ibu merupakan kunci sukses masa depan anak.
Anak yang dibesarkan oleh ibu yang bahagia, bisa tumbuh bahagia pula, karena si peniru ulung ini, melihat dan menirukan ibunya begitu sabar, melihat dan menirukan ibunya sebagai ibu yang pemaaf untuk setiap kesalahan anak tersebut, melihat dan menirukan ibunya cinta dan dicintai oleh suaminya, melihat dan menirukan ibunya menghargai dirinya, membacakan buku kepada anak-anaknya setiap malam, mendengarkan semua cerita. Membaca itu semua, seperti hal yang mustahil, harus menjadi ibu yang baik, sabar, dan pemaaf. Bagaimana dengan ibu yang tidak sengaja membentak anak atau tidak sengaja lain yang menurut ibu hal tersebut adalah hal yang buruk.
Sering ya, seorang ibu overthingking tentang model pengasuhan terkadang juga insecure saat melihat ibu lain yang bisa lebih bijak. Bukan hal yang berlebihan, jika saya mengatakan bahwa self love pada diri ibu merupakan hal yang urgent, karena seorang ibu juga manusia biasa yang mengalami up and downs, belum lagi terkadang beban ekonomi ditambah beban julidan dari orang lain. sedangkan membesarkan anak merupakan tanggung jawab yang besar dan cukup lama, tidak bisa digantikan, ataupun resign menjadi ibu.
Berikut ini beberapa cara supaya ibu lebih mencintai dirinya sendiri
1. Kontrol toxic self
Perilaku ini tanpa disadari sering dilakukan oleh bunda, terutama bagi yang sering berselancar di media sosial. Media sosial yang banyak menampilkan kehidupan orang lain yang terlihat sempurna, mungkin secara tidak langsung sering membuat bunda membandingkan kehidupan yang bunda miliki dengan orang lain. Padahal belum tentu kehidupan orang-orang yang ditampilkan sesuai dengan realita sehari-hari, jadi jangan terlalu membandingkan dan self labelling terhadap diri sendiri
2. Kelola emosi
Setiap orang sebenarnya perlu mengelola emosi untuk meminimalisir respon berlebihan yang sebenarnya tidak perlu. Apalagi untuk para ibu yang sedikit rentan dan emosional, emosi yang tidak terkontrol juga bisa menyebabkan kita rentan stress dan tidak merasa bahagia. Mencari cara yang lebih menyenangkan supaya emosi lebih stabil, untuk yang menyukai yoga. Aktivitas ini bisa membuat emosi seseorang lebih terkendali.
3. Kenali kelebihan dan kekurangan diri
Jangan mau menjadi orang lain ya bun, masing-masing orang memiliki kekurangan dan kelebihan. Jadi kenali kelebihan yang anda miliki hal itulah yang bisa anda kembangkan.
4. Kembangkan potensi diri
Jangan sia-siakan potensi diri yang anda miliki ya, bunda. Potensi diri adalah aset yang anda miliki yang perlu dikembangkan. Jangan ragu untuk melakukan hobi atau keahlian yang anda miliki. Dengan begitu, bunda tetap bisa bertumbuh bahkan menciptakan peluang baru bagi hidup bunda.
5. Komunikasi dengan pasangan dan keluarga
Bunda juga perlu berkomunikasi dengan pasangan dan keluarga. Dengan begitu, dukungan dari mereka akan mengalir dan bunda tidak merasa sendirian.
Ibu aku tau, ini bukan hal yang mudah disaat dulu kehidupan kita hanya berisi tentang diri kita sendiri, tetapi saat ini kita harus belajar tenang, legowo, dan juga mencari bantuan kepada ahlinya jika memang dibutuhkan. Untuk kesehatan mental yang lebih baik.
disini saya merekomendasikan dear senja, karena kita bisa gabung grup telegram, yang isinya sesama anggota komunitas dear senja, bisa saling berbagi pengalaman mengenai penyakit mental yang sedang kita alami, bagaimana cara menyembuhkannya, atau pengalaman penolakan dari masyarakat sekitar ketika sedang mengalami sakit secara mental. Lalu apa manfaat yang diperoleh, untuk yang mentalnya baik-baik saja. Kita tetap butuh ya, untuk pencegahan sakit mental atau untuk berbagi artikel mengenai kesehatan mental.
Kita juga bisa mengunjungi akun instagram dan tiktok dear senja, yang berisi konten-konten tentang kesehatan mental, atau tips-tips bersosialisasi dan berkomunikasi.
Dear senja sangat memegang teguh 6 prinsip saat menghadapi kliennya
1. Menjadi pendengar yang baik
2. Menyediakan grup yang isinya adalah orang orang yang peduli dengan kesehatan mental
3. Saling menguatkan satu sama lain
4. Banyak konten dear senja yang bertujuan menyehatkan mental kita
5. Menjaga privasi
6. Memberikan solusi
Ada banyak testimoni yang disampaikan klien dear senja bahwa dear senja seperti buku diary bisa menjadi pendengar dan solusi yang baik.
Ada juga yang merasa dirinya lebih baik setelah menangis dan cerita kepada dear senja.
Dear senja mempunyai beberapa media sosial
Instagram, tiktok, dan blog
Penutup
Self love bukan berarti egois ya bun, mematikan notifikasi komentar, unfollow beberapa orang di media sosial, mengunggah foto diri media sosial, atau meninggalkan anak sendirian hanya untuk sekedar menangis di kamar mandi, semuanya boleh dilakukan. Boleh dan normal untuk dilakukan. Seorang ibu yang bermental sehat, mencintai dirinya sendiri, sehingga bisa membesarkan anak-anak dengan bahagia, bukanlah perkara mudah dan cepat, tetapi semuanya bisa diupayakan.
Termasuk tulisan saya ini, harapannya ada banyak ibu-ibu yang lebih mencintai dirinya sendiri, mendengarkan dan mencari ilmu parenting yang sesuai, sehingga jauh dari orang-orang julid dan mitos menyesatkan. Bukan sesuatu yang berlebihan jika ada yang mengatakan bahwa wanita membangun peradaban. Wanita atau ibu adalah poros kebahagiaan dalam rumah tangga, membangun jembatan komunikasi dengan keluarga, dan yang terpenting membesarkan generasi yang bahagia dan sukses karena tumbuh dari seorang ibu yang bermental sehat dan bahagia.
#DearBlogSenjaCompetition
Sumber :
Wikipedia
The asian parents
Blog dear senja
Website dear senja
Canva
Komentar
Posting Komentar