nilai vs akhlak

Untuk para orang tua dan calon orang tua jika anda disuruh memilih. Apakah anda memilih anak anda menjadi anak yang pintar dalam ilmu sekolah atau anak yang mempunyai akhlak bagus. Pernah saya melakukan survey pada murid saya,saya tanyai satu-satu mereka. "Kamu memilih menjadi anak yang pintar atau memilih menjadi anak yang akhlaknya bagus." Rata rata murid saya memilih, menjadi anak yang akhlaknya bagus. Walaupun ada dua anak yang tidak mau memilih salah satu, mereka menjawab dua duanya, tetapi tetap saya paksa untuk memilih salah satu, pada akhirnya mereka memilih akhlaknya bagus. Sekolah tempat saya mengajar, bukanlah sekolah negeri yang diisi ribuan murid dengan kepintaran di atas rata-rata, saya ditakdirkan mengajar di sekolah boarding, yang mana alasan orangtua menyekolahkan anaknya disini karena mereka ingin anaknya tahu agama, jadi penghafal quran, dan mempunyai akhlak yang bagus. Disini saya tinggal satu atap dengan murid-murid saya. Mencuci, mandi, makan, antri kamar mandi, bersama sama mereka. Kadang mengasyikkan, kadang menjengkelkan, tetapi yang terpenting, semuanya harus disyukuri. Otomatis semua orang tua menitipkan semua kehidupan anaknya, keuangannya, ibadahnya, sekolahnya, ketertiban kamarnya, semua hal kehidupan anak-anak diserahkan pada guru-guru disini. Ada hikmahnya, khusus untuk guru dan sebagian guru lain yang belum menikah, hitung-hitung latihan buat mendidik anak-anak kandungnya sendiri kelak. Bukan hal yang mudah, mengajari dan mendidik anak anak disini, karena yang diurusi bukan hanya 8 anak, tetapi ada puluhan hingga ratusan anak, dengan karakter dan latar belakang yang berbeda-beda. Belajar sabar iya, belajar memahami anak-anak, belajar memahami wali murid, belajar mengatur waktu antara ibadah, mengajar, dan berusaha meluangkan waktu saat anak anak butuh kita. Dan kita guru guru harus bangun lebih awal daripada anak anak, sedangkan kita juga butuh merajut doa disepertiga malam terakhir dan belum tentu semua murid saya disini adalah anak anak yang gampang dibangunin. Ini bukan hal yang harus dikeluhkan, belum tentu jika saya ditakdirkan mengajar di tempat lain, bangun saya bisa sepagi ini, dan saya bisa setiap malam, menyapa raja dunia, dan bercerita tentang semua keluh kesah saya. Sampai detik ini, saya juga belajar bahwa menjadi perempuan atau calon ibu, bukanlah hal yang mudah. Apalagi menanamkan akhlak itu butuh waktu bertahun tahun, sangat beda dengan mendapatkan nilai yang bagus, yang hanya bisa ditempuh 1 jam atau 1 bulan, yang mana hakikinya, anak itu sudah diberi anugrah kecerdasan dengan yang di atas. Kunci dari akhlak anak anak di Indonesia, terletak pada perempuan, pada ibu-ibu dunia, untuk itulah, mengapa perempuan disebut peradaban dunia. Karena jika seorang perempuan tidak bisa mendidik anaknya, maka hancurlah peradaban bangsa. Khusus untuk orang tua yang sudah berekspektasi anaknya akan menjadi seperti apa, harus bekerja dimana, mohon pikirkan berkali-kali mengenai hal tersebut. Dan pikirkan berulang-ulang jika anda sebagai orang tua akan memarahi anaknya, karena nilainya jelek, tidak mendapatkan peringkat, tidak jago berbahasa asing. Tapi ingatkan anak anak anda, jika tidak bisa menjadi anak yang jujur, anak yang menghargai waktu, dan anak yang bertanggung jawab, setiap anak itu hebat, selagi kita bisa mendidik soft skill dan akhlak mereka. Tidak mungin, kehidupan mereka di masa depan, akan terlunta-lunta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membangun kebahagiaan keluarga dengan petualangan oreo wafer

Education is first step, for creating sustainable technology

Bisnis barang bekas jadi satset pakai kiriminaja